.... carpe diem ....

setapak jejak menuju karya

27 Februari 2008

Anyer Tetap Memesona

Oleh Anita Yossihara
(dimuat harian Kompas edisi 25 Mei 2007)

Semilir angin berembus lembut menerpa pohon nyiur di tepian Pantai Anyer, Rabu (23/5) siang. Suara gemerisik daun nyiur disertai desiran ombak yang mengalir silih berganti, bak simponi yang mengalun merdu, indah, dan memesona.

Sejauh mata memandang, terlihat riak-riak ombak putih bersih di antara hitam batu karang. Hamparan biru air laut memantulkan cahaya sinar matahari yang terik, siang itu. Di kejauhan terlihat pula pemandangan Gunung Krakatau dan Gunung Anak Krakatau, menjulang di tengah-tengah samudra berwarna biru cerah. Sesekali terlihat satu-dua perahu nelayan melintas di tengah lautan.

Pemandangan itu membuat mata enggan berpaling, dan badan enggan beranjak melewati suasana nyaman di tepian pantai. Banyak pesona yang ditawarkan pantai yang berada di pesisir barat Provinsi Banten tersebut. Bukan hanya pesona pantai, tetapi juga keindahan batu karang yang bisa dinikmati di sana.

Salah satunya Karang Bolong, yang berada di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cinangka, Serang. Cukup dengan membayar tiket sekitar Rp 5.000, pengunjung bisa memandang gelombang dari balik batu karang.

Keunikan batu karang besar yang berlubang di bagian tengah juga menjadi pesona yang indah untuk dinikmati. Pemandangan akan lebih indah dengan berjalan menaiki puncak batu karang bolong. Turun dari puncakkarang bolong akan terlihat seonggok batu karang besar yang menyerupai kapal terdampar.

Tantangan lain bisa dirasakan jika turun langsung ke pantai berbatu karang. Tak hanya ombak yang dapat dinikmati, tetapi juga permainan mencari siput laut yang hidup di sela-sela karang hitam.

Pesona pantai berbatu karang juga bisa dinikmati di daerah lain di sepanjang Kecamatan Anyer hingga ujung Kecamatan Cinangka. Di antaranya, Pantai Karang Kitri, Karang Suraga, dan sebagainya.

Pemandangan indah juga bisa dinikmati di Pantai Mercusuar Anyer di daerah Cikoneng, masih di Kecamatan Anyer. Selain batu karang, di sana juga terdapat hamparan pasir putih. Nyaman untuk tempat berjemur, atau sekadar bermain pasir bersama keluarga, teman, ataupun kerabat lainnya.

Setelah lelah bermain, pengunjung bisa beristirahat di tepian pantai sambil menikmati minuman kelapa muda yang segar. Rata-rata satu buah kelapa muda dijual dengan harga Rp 3.000-Rp 3.500. Pondok-pondok makan yang dibuat seperti gubuk bambu juga bisa menjadi pilihan untuk melepas lelah. Berbagai makanan laut seperti ikan bakar, cumi bakar, kepiting, dan sebagainya bisa dipesan dan dinikmati sembari memandang deburan ombak di Selat Sunda itu.

Jika ingin berlama-lama menikmati pesona Pantai Anyer, di sana juga tersedia banyak penginapan dengan pilihan harga dan fasilitas. Dari penginapan biasa dengan harga puluhan ribu rupiah semalam hingga hotel berbintang dengan harga jutaan per malam bisa digunakan sebagai pilihan tempat melepas penat di hari libur.

Nol Kilometer

Anyer tak hanya menyajikan kemolekan pemandangan pantai, tetapi juga pesona sejarah. Nama Anyer sudah terkenal sejak ratusan tahun yang lalu. Pasti banyak orang yang tahu jika awal tahun 1800-an Jenderal Willem Daendels membangun jalan sepanjang 1.000 kilometer dari Anyer hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalan sepanjang pantai utara Pulau Jawa itu dikenal dengan nama Jalan Raya Pos atau Groote Post Weg.

Tak banyak orang yang tahu di mana pangkal jalan raya yang dibangun dengan cucuran keringat dan darah jutaan warga pribumi itu. Jika ingin tahu letak pangkal Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan, datanglah ke sebuah pantai yang diberi nama Pantai Mercusuar Anyer di Desa Cikoneng.

Sekitar tiga meter dari bibir pantai didapati sebuah tapal yang terbuat dari beton bercat warna biru. Di atas tapal itu tertulis, "0 KM Anyer-Panarukan 1806 AKL". Jika dilihat dari tulisannya, tapal itu merupakan tanda pangkal Jalan Anyer-Panarukan yang dibangun Daendels. Sekitar 10 meter arah timur tapal batas terlihat sebuah mercusuar bercat warna putih yang menjulang setinggi 52 meter.

Mercusuar ini dibangun pada tahun 1885, pada zaman kekuasaan Raja Willem III. Pada malam hari, lampu mercusuar tua ini masih digunakan untuk menyinari perairan Selat Sunda. Memberi tanda bagi kapal-kapal yang melintas agar tetap berlayar pada jarak 12 mil dari garis pantai, dan kapal tidak menabrak karang.

Saat ini benda cagar budaya itu dibuka untuk umum. Siapa pun bisa memasuki ruangan dan naik hingga ke puncak mercusuar. Pemandangan pantai bukan satu-satunya pesona yang ditawarkan kawasan wisata di sebelah barat Provinsi Banten. Pesona pegunungan di sisi timur Pantai Anyer juga bisa dijadikan sebagai tempat wisata alternatif.

Salah satunya, Rawa Dano yang bisa dinikmati dari atas pegunungan Mancak. Kawasan Cagar Alam Rawa Dano ini berupa hutan rawa, yang terlihat seperti bekas kepundan gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi. Suhu udara di pegunungan Rawa Dano lebih sejuk daripada suhu udara di pesisir pantai.

Tempat wisata ini berada di jalan yang menghubungkan Kota Serang dengan kawasan Anyer, dengan melintasi daerah Taktakan serta Mancak. Banyak pesona yang ditawarkan daerah di pesisir barat Provinsi Banten itu. Bukan hanya wisata pantai, tetapi juga peninggalan sejarah serta pesona alam pegunungan bisa dinikmati.

2 komentar:

andreas iswinarto mengatakan...

Silah simak, semoga bermanfaat
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/09/belajar-dari-sejarah-sebuah-jalan-200.html

Kompilasi Liputan Khusus Kompas (40 artikel berita-feature dan opini)
: Ekspedisi 200 Tahun Anjer-Panaroekan (Anyer-Panarukan)

Bacaan penting untuk refleksi 100 tahun kebangkitan nasional, 10 tahun reformasi

Tak mungkin orang dapat mencintai negeri dan bangsanya,
kalau orang tak mengenal kertas-kertas tentangnya.
Kalau dia tak mengenal sejarahnya.
Apalagi kalau tak pernah berbuat sesuatu kebajikan untuknya,”

-Minke, dalam Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer-
dikutip oleh Redaksi Kompas untuk pengantar edisi khusus ini

salam hangat
andreas iswinarto

wong-samin mengatakan...

Makasih informasinya. Kebetulan saya dan seorang kawan mau berkunjung ke kilometer 0 De Grote Postweg.